Reaksi Maillard adalah reaksi antara
karbohidrat khususnya gula pereduksi dengan gugus amina primer. hasilnya berupa
produk berwarna cokelat yang sering dikehendaki. Namun kadang-kadang malah
menjadi pertanda penurunan mutu.
Reaksi
maillard yang dikehendaki misalnya pada pemanggangan daging, roti, menggoreng ubi jalar, singkong, dll. Reaksi
Maillard yang tdak dikehendaki misalnya misalnya pada pengeringan susu, telur.
Gugus amino primer biasanya terdapat pada bahan awal berupa asam amino.
Reaksi maillard
merupakan reaksi yang kompleks. Tahap-tahap dari reaksi maillard menurut Hodge
(1953) dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Reaksi Maillard berlangsung melalui tahap berikut:
1. Aldosa (gula
pereduksi) bereaksi dengan asam amino atau dengan gugus amino dari protein
sehingga dihasilkan basa Schiff.
2.
Perubahan
terjadi menurut reaksi amadori sehingga menjadi amino ketosa.
3. Hasil reaksi
amadori mengalami dehidrasi membentuk furfural dehida dari pentosa atau
hidroksil metil furfural dari heksosa.
4. Proses
dehidrasi selanjutnya menghasilkan
produk antara berupa metil-dikarbonil yang diikuti penguraia menghasilkan
reduktor dan dikarboksil seperti metilglioksal, asetot, dan diasetil.
5.
Aldehida-aldehida
aktif dari 3 dan 4 terpolimerisasi tanpa mengikutsertakan gugus amino (disebut
kondensasi aldol) atau dengan gugusan
amino membentuk senyawa berwarna cokelat yang disebut melanoidin.
Reaksi maillard berlangsung cepat pada
suasana alkalis dan dalam bentuk larutan. Meskipun demikian, pada kadar air
bahan 13% sudah terjadi pencokelatan. Gula nonreduksi tidak dapat melakukan
reaksi Maillard selama tidak terjadi
pemecahan ikatan glikosida yang dapat membebasan monoskarida dengan gugus
pereduksi. Aldopentosa lebih reaktif daripada aldoheksosa. Fruktosa dalam
keadaan murni tidak akan mengalami kondensasi dengan asam amino.
Menurut Yokotsuka (1986) reaksi Maillard dapat
dibagi dalam tiga tahapan yaitu tahap pembentukan glikosilamin dan amadori
rearrangement product (ARP), tahap dekomposisi ARP dan degradasi strecker, dan
terakhir adalah tahap perubahan senyawa karbonil menjadi senyawa yang mempunyai
berat molekul tinggi.
Dampak Reaksi Maillard
Reaksi maillard dapat berakibat positif dan atau
negatif terhadap produk pangan. Dampak tersebut sangat tergantung dari matriks
pangan tempat terajadinya reaksi maillard.
Dampak positif reaksi maillard
1. Meningkatkan sensori
Reaksi maillard akan berpengaruh terhadap sifat
sensori pangan seperti aroma, rasa dan warna. Contoh produk yang sifat
sensorinya dipengaruhi oleh hasil reaksi ini adalah kopi dan roti panggang.
2. Menghasilkan zat antioksidan
Reaksi maillard dapat menghasilkan senyawa
antioksidan. Hasil penelitian Zhuang dan Sun (2011) menunjukkan produk hasil
reaksi maillard dari lisin dan glukosa dapat berperan sebagai zat antioksidan.
Dampak
negatif reaksi maillard
1. Menurunnya daya cerna protein
Menurut Palupi et al. (2007), penurunan daya cerna
karena terhambatnya penetrasi enzim ke dalam substrat protein atau karena
tertutupnya sisi protein yang dapat diserang enzim karena terjadinya ikatan
silang (cross linkage) antar asam-asam amino melalui produk reaksi Maillard.
2. Memicu timbulnya akrilamida
Menurut Zyzak et al. (2003), pada tahap dekomposisi
ARP dan degradasi strecker asam amino mengalami dekarboksilasi dan deaminasi
untuk membentuk senyawa aldehid yang selanjutnya akan membentuk senyawa
akrilamida.
Sumber:
Istilah Pangan dan Nutrisi oleh
Tim Penulis Laboratorium kimia-Biokimia Pangan Jurusan Teknologi Pengolahan
Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta, Kanisius 2002,
Hodge
JE. 1953. Chemistry of Browning Reactions in Model Systems’ in J. Agric. Food
Chem. 1:928–943.NS
Palupi, FR Zakaria dan E Prangdimurti. 2007. Pengaruh Pengolahan terhadap Nilai
Gizi Pangan. Modul e-Learning ENBP, Departemen Ilmu & Teknologi
Pangan-Fateta-IPB.
Yokotsuka
T. 1986. Soy sauce biochemistry. Adv. Food. Res. 30: 195-329
Yongliang
Zhuang and Liping Sun. 2011. Antioxidant activity of maillard reaction products
from lysine-glucose model system as related to optical property and copper (II)
binding ability. African Journal of Biotechnology Vol. 10(35), pp. 6784-6793.
Zyzak
DV, Sanders RA, Stojanovic M, Tallmadge DH, Eberhart BL, Ewald DK, Gruber DC,
Morsch TR, Strothers MA, Rizzi GP dan Villagran MD. 2003. Acrylamide Formation
Mechanism in Heated Foods. J Agric Food Chem 51:4782-4787.
dikutip dari : girpapas.blogspot.com, www.makarame.com
0 komentar:
Posting Komentar